Tuesday 5 November 2013

gambaran umum tasawuf

1.      Definisi tasawuf
Pada definisi ini terdapat perbedaan pendapat diantaranya :
  o   Sufi : orang yang memiliki interaksi dengan Allah
  o   Suf : wol pakaian yang terbuat  dari bulu domba
  o   Suffah : sekelompok sahabat nabi yang hidup sederhana dan setiap sholat ia selalu perada pada barisan pertama.
  o   Sufinah : sejenis kayu yg timbul di padang arab.
Menurut Bisyru bin Harits orang sufi adalah orang yang suci hatinya karena Allah. Adapun menurut istilah tasawuf adalah semacam ilmu syarat yg timbul kemudian di dalam agama, yang muncul karena ketekunan dalam beribadah dan memutuskan hubunngan kecuali dengan Allah SWT. Hidupnya hanya dihadapkan oleh Allah semata, menolak  hiasan” dunia, serta membenci perkaran yang menipu orang banyak, kelezatan harta dan kemegahan hanya untuk  taqorub,khalaf, dan beribadah kepada Allah.
2.      Tujuan Tasawuf
  o   Ma’rifat billah : melihat tuhan dengan  hati secara jelas dan nyata dan segala kebesarannya dengan sebuah cahaya yang dipancarkan Tuhan kepada hambanya sehingga mampu melihat Allah dengan sebenar-benarnya
  o   Insane Kamil : dimana seorang sudah mencapai maqam terdekat disisi Allah dan layak member petunjuk dan menyempurnakan bahwa hamba Allah yg ilmunya dari Allah SWT, dan pedoman moral dalam kehidupan.
  o   Amar Ma’ruf Nahi Munkar : menjalankan kebaikan dan menjauhi kemunkaran, yaitu  seseorang yang akan menjaga dirinya  dari perbuatan” keji dan kemunkaran yang mereka akan selalu berbuat kebaikan 
3.      Manfaat Tasawuf
sebagai sarana untuk mendidik hati dari mengetahui alam-alam ghaib menuju pembentuk sebuah jiwa yang dermawan, hati yang tenag dan budi pekerti yang baik  dengan seluruh makhluk hidup.
Tasawuf juga bermanfaat dalam menyempurnakan dan memperindah bagi ilmu lain karena pada dasarnya antara ilmu yang satu dengan yang lain saling berhubungan dan bertujuan untuk menghadapkan diri kepada Allah dengan sarana selalu berdzikir kepadaNya.
Tasawuf disebut sebagai ungkapan   النصوف وا لصو ف karena sufi dinisbat pada orang-orang ( ulama) yang selalu berada di shaf paling depan ketika sholat.
o   Tasawuf di sebut dengan  ءصفا     yaitu bersihnya hati dan jiwa maka perbuatan suci.
Sufi  : orang yang memiliki interaksi yang suci dengan Allah sehingga member kesucian berupa karamah, dikatakan suci karena selalu berada pada shaf terdepan dalam hadapan Allah.
o   صف : karena memiliki kedekatan dengan sifat” ahlu suffah
Ahlu suffah : orang yang tidak mempunyai tempat tinggal dan mereka tinnggal di serambi masjid.
o   صوف : berarti wol. Dikarenakan memakai baju dari bulu domba, yang merupakan lawan kata pakaian dari sutra (halus)
4.      Sejarah, latar belakangnya disebut sufi
Pada masa Rasulullah hingga khulafau Rasyidin tidak ada sebutan yang selain sebutan Sahabiy. Karena pada waktu itu belum ada disiplin ilmu tersendiri dan hanya Rasulullah yang menjadi sumber dari segala hal.
Hal ini muncul  setelah islam berhasil menyebar luas kenegara-negara lain selain Arab. Dan setelah itu mulailah muncul ilmu-ilmu baru karena pada saat itu terjadi pertikaian apalagi setelah muncul konflik pada masa kekuasaan Ali bin Abi Thalib yang pada saat itu berseru dengan Muawiyah.
Pada masa Bani Umayyah pada waktu itu terjadi pembagian ulama. Ulama yang dekat dengan penguasa dan ulama yang dekat dengan masyarakat, ulama yang dekat dengan pengusaha maka ia akan mendapatkan fasilitas lengkap sedangkan ulama yang dekat dengan masyarakat mereka hidup dengan kesulitan sehingga mengakibatkan ejekan sinis kepada mereka.
Istilah sufi ini keluar karena ejekan terhadap mereka seorang ulama yang dekat dengan rakyat, kemudian mereka melakukan pembelaan dengan berkata bahwa “ saya bukan sufi, tetapi suffah yang jernih hati dan selalu ada dihadapan Allah pada barisan pertama.
Contoh ulama yang dekat dengan masyarakat pada waktu  itu  adalah Imam Ahmad bin Hambal ketika beliau ditanya “ apakah al-qur’an itu makhluk atau kalamullah ?” Ahmad bin Hambal pada waktu itu menjawab kalamullah, lalu beliau langsung dipenjara, karena pada saat itu pemimin mereka adalah seorang yang beraliran mu’tazilah.
Fenomena ini muncul pada abad ke 1 H akhir yang dipeloporioleh seorang sufi pertama Jabir bin Hayan. Beliu merupakan seorang sufi peratma yang pada saat itu ia ditanyai oleh seorang mujtahid yaitu sofyan at-Tsauri (murid zainal abidin) mengenai “  ا لا خلا ص فا ا لر يا ء? Lalu beliau mejawab “ mengambil segala segala sesuatu yang benar dan yang benar itu dari Allah dan berpaling dari manusia.
5.      Relasi antara tasawuf dengan ilmu kalam dan falsafah
o   Ketiganya berusaha menemukan  apa yang disebut Kebenaran (al-haq).
o   Kebenaran dalam Tasawuf berupa tersingkapnya (kasyaf) Kebenaran Sejati (Allah) melalui mata hati.
o   Kebenaran dalam Ilmu Kalam berupa diketahuinya kebenaran  ajaran agama melalui penalaran rasio lalu dirujukkan kepada nash (al-Qur’an & Hadis).
o   Kebenaran dalam Filsafat berupa kebenaran spekulatif tentang segala yang ada (wujud).      
Bersandar kepada pendapat Abbas Mahmud ‘Aqqad dalam al-Tafkir : Faridlah Islamiyah  :
فالتعمق في طلب الأسرار صفة مشتركة بين الصوفية وفلاسفة التفكير الذين يغوصون على الحقائق البعيدة وعلماء النفس الذين ينقبون عن ودائع الوعي الباطن وغرائب السريرة الإنسانية
Maka ketiganya mendalami pencarian segala yang bersifat rahasia (gaib) yang dianggap sebagai ‘kebenaran terjauh’ dimana tidak semua orang dapat melakukannya.


Tingkatan  keimanan dalam tasawuf, yang meliputi:

   1)     Maqom Taubat ( arabic: التوبة ), yaitu meninggalkan dan tidak mengulangi lagi perbuatan dosa yang pernah dilakukan demi menjunjung ajaran Allah dan menyingkiri murka-Nya ( Imam al- Ghozali).
  2)     Maqom Waro’, menahan diri untuk tidak melakukan sesuatu, dalam rangka menjunjung tinggi perintah Allah, menurut Syaikh Ibrahim Adham.  Waro’ adalah meninggalkan setiap yang syubhat (tidak jelas halal atau haramnya),  Waro’ Lahiriyah: meninggalkan seluruh perbuatan kecuali  perbuatan yang karena Allah,  Waro’ Batiniyah: sikap hati yang tidak menerima selain Allah.
   3)     Maqom Zuhud ( زاهد ), lepasnya pandangan keduniawian dan usaha memperoleh keduniawian dari seorang yang sebenarnya mampu untuk memperolehnya.
   4)     Maqom Shobar ( الصبر ), ketabahan dalam menghadapi dorongan hawa nafsu (Imam al-Ghozali), Syaikh Dzun Nun al-Misri mengatakan: Shobar adalah menjauhkan diri dari perbuatan yang melanggar agama, tabah dan tenang dalam menghadapi cobaan, dan menampakkan hidup lapang dalam mengalami kemelaratan.
  5)     Maqom Faqir ( فقير ), Tenang dan tabah diwaktu susah dan memprioritaskan orang lain di kala sedang  berada ( Syaikh Abu Hasan al-Nuruy).  Syaikh Ibrohim al-Khawwash, mengatakan Faqir adalah selendang orang-orang mulia, pakaian para Rosul dan baju kurung kaum Sholikhah.
   6)     Maqom Syukur ( شكر ), pengakuan terhadap kenikmatan, tindakan badan untuk mengabdi kepada Allah dan ketetapan hati untuk selalu menyingkiri yang haram, Syaikh Abul Qasim mengatakan, “Hakikat syukur adalah tidak menggunakan kenikmatan untuk maksiat, tidak segan-segan menggunakannya untuk taat sedang batasan syukur adalah mengetahui bahwa kenikmatan itu datangnya dari Allah Ta’ala.  
   7)     Maqom Khauf, Rasa ketakutan dalam menghadapi siksa Allah atau tidak tercapainya kenikmatan dari Allah, Syaik Abul Hasan al-Nury, berpendapat “orang yang Khauf adalah yang lari dalam ketakutan dari Allah untuk menuju kepada Allah”.
    8)     Maqom Roja’, Rasa gembira hati karena mengetahui adanya kemurahan dari dzat yang menjadi tumpuan harapannya, Syaikh Abu Ali, berkata: “Khauf dan Roja’ adalah ibarat dua belah sayap burung, jika seimbang keduanya, maka terbang nya burung menjadi sempurna, jika kurang salah satunya, maka terbangnya tidak sempurna, dan jika hilang keduanya, maka burung jatuh dan menemui kematiannya.
    9)      Maqom Tawakal, sikap hati yang bergantung pada Allah dalam menghadapi sesuatu yang disukai, dibenci, diharapkan atau ditakuti kalau terjadi dan bukan menggantungkannya pada suatu sebab, sebab satu-satunya adalah Allah(al-Muhasibi). Syaikh Sahl berpendapat, “Jenjang pertama kali dalam Tawakal adalah hendaknya hamba dihadapan Allah bersikap sebagaimana mayat dihadapan orangyang merawatnya, dibalik kesana kemari diam saja.”
   10)  Maqom Ridho, Rasa puas hati dalam menerima nasib yang pahit (Abul Hassan al-Nuri), Rabi’ah Adawiyah menjelaskan, sewaktu ditanya bagaimana seorang hamba bisa dikatakan Ridlo, Jawabnya: “Apabila ia senang dalam menghadapi musibah sebagaimana ia senang dalam menerima nikmat. Syaikh Yahya bin Mu’arif, ketika ditanya, “Kapan seorang mencapai Maqom Ridho?” beliau menjawab: “Jika diberi mau menerima, jika ditolak ia rela, jika ditinggalkan ia tetap mengabdi dan jika diajak ia menuruti.”

At-Taubah menurut beberapa pendapat :
~ janiid : taubat : melupakan dosa
~ sahil : taubat : jagan melupan dosa
~    :  رويمketika kamu taubat dari taubatmu
~  را بعة :saya mohon ampun dari Allah dari sedikit ketulusan kejujuranku.




0 comments:

http://www.resepkuekeringku.com/2014/11/resep-donat-empuk-ala-dunkin-donut.html www.lowongankerjababysitter.com www.lowongankerjapembanturumahtangga.com www.lowonganperawatlansia.com www.lowonganperawatlansia.com www.yayasanperawatlansia.com www.penyalurpembanturumahtanggaku.com www.bajubatikmodernku.com www.bestdaytradingstrategyy.com www.paketpernikahanmurahjakarta.com www.paketweddingorganizerjakarta.com www.undanganpernikahanunikmurah.com

Pengumumam Seleksi Administrasi CPNS 2017 (Update 6 September 2017)

Hasil seleksi administrasi penerimaan Calon Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham)  dan Mahkamah A...