Wahai ukwatiku yang cantik
yang manis, kehadiran tulisan ini merupakan bentuk kepedulian kepada muslimat
seluruh Nusantara, sebab roda era globalisasai tak terhenti sedangkan berbagai
rayuan model pakaian dan model jilbab bermunculan.
Subhanallah jilbab itu adalah ketaatan kepada Allah dan Rasul. Jilbab itu ‘iffah
(kemuliaan). Jilbab itu kesucian. Jilbab itu pelindung.
Jilbab itu taqwa. Jilbab itu iman. Jilbab itu haya’ (rasa
malu). Jilbab itu ghirah (perasaan cemburu). Tak akan ada rasa sesal
maupun kecewa sedikit pun memakai jilbab ini. Kesetiaan pada jilbablah yang
harus dilekatkan di hati.
Allah berfirman:
‘’….. Barang siapa taat kepada Allah dan Rasul-Nya, niscaya Allah
memasukkannya ke dalam syurga yang mengalir di dalamnya sungai-sungai, sedang
mereka kekal di dalamnya; dan itulah kemenangan yang besar. (QS. An-Nisa ayat 13)
Wahai para muslimah jika kita mentaati perintah Allah dan rasul
maka kelak akan mendapatkan syurga Allah SWT. Ayat di atas dikutip dari surah
an-Nisa yang berarti Wanita, perhatikanlah dalam al-Quran tertera surah wanita
sedang surah lelaki tidak ada, ini bertanda bahwa
wanita bisa mempunyai peran penting dalam menempuh kehidupan dan kemajuan Islam
tetapi wanita bisa juga menjadi sumber fitnah terbesar jika tidak mentaati
kaidah-kaidah Allah dan Rasul-Nya.
Hijab dan Jilbab adalah masalah Fiqih (Syari’ah), Keempat Mazhab yang terkenal seperti Mazhab
Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hambali dan semua ahli Fiqih dan Syariat Islam
sependapat bahwa aurat perempuan adalah semua badannya
kecuali Muka dan Telapak tangan.
Rasulullah saw. bersabda yang artinya, “Ada dua golongan
penghuni neraka yang aku belum pernah melihatnya: laki-laki yang tangan mereka
menggenggam cambuk yang mirip ekor sapi untuk memukuli orang lain dan
wanita-wanita yang berpakaian namun telanjang dan berlenggak-lenggok. Kepalanya
bergoyang-goyang bak punuk onta. Mereka itu tidak masuk surga dan tidak pula
mencium baunya. Padahal sesungguhnya bau surga itu bisa tercium dari jarak
sekian dan sekian.” (HR Muslim).
Seorang muslimah akan selalu ingin menjadi tampil menarik di
hadapan manusia akan tetapi penampilan yang paling menarik dari semua
penampilan adalah penampilan yang sesuai syariat Allah sang pengasih dan
penyayang hambanya dengan memerintahkan memakai jilbab sebagai penyempurna
kewajiban sebagai seorang muslimah yang sudah baligh, hal ini adalah bentuk
kasih sayang kepada hambanya khususnya wanita, yakinlah bahwa Allah mengatur
semua ini hanya untuk kepada saudariku-saudariku.
Berikut ini adalah dalil-dalil tentang
wajibnya memakai Hijab menurut Al-Qur’an dan Hadits dan penafsiran para Sahabat
dan Fuqaha (Ahli Fiqih) Hukum Jilbab dan Hijab, buka hati selebar”nya
agar dapat meresap dalam kepribadian saudari.
1.
Dari
Khalid bin Duraik: ‘’Aisyah RA, berkata: ‘’Suatu hari, asma binti abu bakar
menemui Rasulullah SAW dengan menggunakan pakaian tipis, beliau berpaling
darinya dan berkata: ‘’wahai asma’’ jika perempuan sudah mengalami haid, tidak
boleh ada anggota tubuhnya yang terlihat kecuali ini dan ini, sambil menunjuk
ke wajah dan kedua telapak tangan.’’ (HR. Abu Daud).
Aurat wanita yang tidak boleh terlihat di hadapan laki-laki lain
(selain suami dan mahramnya) adalah seluruh anggota badannya kecuali wajah dan
telapak tangan. Hal ini berdasarkan dalil hadits di atas dan ayat ayat berikut.
2.
Al-Qur’an
surah An-Nur ayat 31, “Dan katakanlah kepada wanita-wanita yang beriman:
‘Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya dan janganlah
mereka menampakkan perhiasannya kecuali yang biasa nampak daripadanya. Dan
hendaklah mereka menutupkan khumurnya (Indonesia: hijab) ke dadanya….” Ayat ini
menegaskan empat hal:
a)
Perintah
untuk menahan pandangan dari yang diharamkan oleh Allah.
b)
Perintah
untuk menjaga kemaluan dari perbuatan yang haram.
c)
Larangan
untuk menampakkan perhiasan kecuali yang biasa tampak.
Para ulama mengatakan bahwa ayat ini juga menunjukkan akan haramnya
menampakkan anggota badan tempat perhiasan tersebut. Sebab, jika perhiasannya
saja dilarang untuk ditampakkan apalagi tempat perhiasan itu berada. Menurut
Ibnu Umar RA yang biasa nampak adalah wajah dan telapak tangan.
d)
Perintah
untuk menutupkan khumur ke dada. Khumur adalah bentuk jamak dari khimar yang
berarti kain penutup kepala. Atau, dalam bahasa kita disebut hujab. Ini
menunjukkan bahwa kepala dan dada adalah juga termasuk aurat yang harus
ditutup. Berarti tidak cukup hanya dengan menutupkan hijab pada kepala saja dan
ujungnya diikatkan ke belakang. Tetapi, ujung jilbab tersebut harus dibiarkan
terjuntai menutupi dada.
3.
Hadits
riwayat Aisyah RA, bahwasanya Asma binti Abu Bakar masuk menjumpai Rasulullah
dengan pakaian yang tipis, lantas Rasulullah berpaling darinya dan berkata,
“Hai Asma, sesungguhnya jika seorang wanita sudah mencapai usia haid (akil
balig) maka tidak ada yang layak terlihat kecuali ini,” sambil beliau menunjuk
wajah dan telapak tangan. (HR Abu Daud dan Baihaqi).
Hadits ini menunjukkan dua hal:
a)
Kewajiban
menutup seluruh tubuh wanita kecuali wajah dan telapak tangan.
b)
Pakaian
yang tipis tidak memenuhi syarat untuk menutup aurat. Dari kedua dalil di atas,
jelaslah batasan aurat bagi wanita, yaitu seluruh tubuh kecuali wajah dan dua
telapak tangan. Dari dalil tersebut pula kita memahami bahwa menutup aurat
adalah wajib. Berarti jika dilaksanakan akan menghasilkan pahala dan jika tidak
dilakukan maka akan menuai dosa. Kewajiban menutup aurat ini tidak hanya
berlaku pada saat shalat saja atau ketika hadir di pengajian, namun juga pada
semua tempat yang memungkinkan ada laki-laki lain bisa melihatnya.
saudarai-saudariku yang baik, jika memperhatikan realita arus kehidupan
dunia yang penuh dengan godaan, terkadang saudariku merasa malu menggunakan
pakaian muslimah, dengan beberapa alasan:
1.
Malu,
terkadang ada muslimah yang sudah paham tentang arti dan kewajiban memakai
jilbab syar’i tetapi masih dihantui perasaan malu terhadap teman, keluarga dan
lingkungan. Pesan untuk saudari-saudariku yang cantik harapan umat” jangan malu
dalam menjalankan Syariat Islam sebab itulah jalan yang lurus tapi malulah jika
tidak taat kepada syariat Allah”
2.
Takut
dicap teroris, seiring perputaran kehidupan yang canggih anak manusia maju
memasuki era globalisasi maka kebanyakan perbuat-perbuat teror yang dilakukan
oleh oknum dan salah dalam mengartikan jihad sehingga pada akhirnya setiap ada
teror terbukti atau tidak biasanya dituduhkan kepada muslin/muslimat, sehingga
terkadang ada ibu rumah tangga yang melarang anaknya untuk memakai jilbab
syar’i. “Pesan, tidak usah takut dicap teroris sebab Allah bersama kita’’
kalaupun polri atau Amerika sekalipun menuduh kita yang tidak-tidak lalu
kemudian diadili maka engkau mati syahid sebab mempertahankan keimanan dan
difitnah.
Setelah membahas beberapa dalil di atas telah jelas bahwa dalam
berpakaian saat ini ada beberapa kriteria atau syarat. Syarat-syarat
pakaian penutup aurat wanita pada dasarnya seluruh bahan, model, dan bentuk
pakaian boleh dipakai, asalkan memenuhi syarat-syarat berikut.
1.
Menutup
seluruh tubuh kecuali wajah dan telapak tangan.
2.
Tidak
tipis dan transparan. (Sesuai hadits di atas)
3.
Longgar
dan tidak memperlihatkan lekuk-lekuk dan bentuk tubuh (tidak ketat).
4.
Bukan
pakaian laki-laki atau menyerupai pakaian laki-laki.
Teruntuk saudari-saudariku yang cantik, yang peduli pada diri
sendiri atas kehidupan akhirat pakailah pakaian yang sesuai syariat Allah,
insya Allah engkau bahagia dunia dan akhirat sebab hati ini akan tenteram jika
melaksanakan syariat Islam. Jika memakai pakaian yang tidak sesuai syariat saya
yakin bahwa sebenarnya dalam hati kecil kita berkata sebenarnya aku suka
berpakaian syariat tapi pikiran dan hawa nafsu ingin berpakaian yang tidak
sesuai syariat Allah.
Pakaian muslimah sekarang kebanyakan membungkus bukan
menutup, perbedaan membungkus dan menutup, contoh menutup itu berpakaian
tapi lekuk-lekuk masih sangat terlihat, transparan, akibat pakaian kekecilan
dan ketat dikategorikan membungkus. Sedangkan menutup, berpakaian dengan baik
rapi tanpa tidak menampakkan model-model lekuk-lekuk tubuh alias tidak ketat.
Teringat salah satu artikel ww.arrahmah.com berikut bunyinya:
Renungan buat Muslimah yang belum ingin menutup auratnya
dengan Hijab
“Beralasan belum siap berjilbab karena yang penting hatinya dulu
diperbaiki” ?
Kami jawab, ”Hati juga mesti baik. Lahiriyah
pun demikian. Karena iman itu mencakup amalan hati, perkataan dan perbuatan.
Hanya pemahaman keliru yang menganggap iman itu cukup dengan amalan hati
ditambah perkataan lisan tanpa mesti ditambah amalan lahiriyah. Iman butuh
realisasi dalam tindakan dan amalan”
“Beralasan belum siap berjilbab karena mengenakannya begitu gerah
dan panas”?
Kami jawab, ”Lebih mending mana, panas di
dunia karena melakukan ketaatan ataukah panas di neraka karena durhaka?”
Coba direnungkan!
“Beralasan lagi karena saat ini belum siap berjilbab”?
Kami jawab, ”Jika tidak sekarang, lalu
kapan lagi? Apa tahun depan? Apa dua tahun lagi? Apa jika sudah keriput dan
rambut ubanan? Inilah was-was dari setan supaya kita menunda amalan baik.
Mengapa mesti menunda berhijab? Dan kita tidak tahu besok kita masih di dunia
ini ataukah sudah di alam barzakh, bahkan kita tidak tahu keadaan kita sejam
atau semenit mendatang. So … jangan menunda-nunda beramal baik. Jangan
menunda-nunda untuk berjilbab.”
Perkataan Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma berikut seharusnya
menjadi renungan:
“Jika engkau berada di waktu sore, maka janganlah menunggu pagi.
Jika engkau berada di waktu pagi, janganlah menunggu waktu sore. Manfaatkanlah
masa sehatmu sebelum datang sakitmu dan manfaatkanlah hidupmu sebelum datang
matimu.” (HR. Bukhari no. 6416).
Hadits ini menunjukkan dorongan untuk menjadikan kematian seperti
berada di hadapan kita sehingga bayangan tersebut menjadikan kita bersiap-siap
dengan amalan shalih.
Subhanallah…
Masihkah kamu ragu wahai Ukhti fillah untuk menutup
kemolekan tubuhmu dengan hijab? masihkah? Ingatlah, sesungguhnya api neraka
akan membakar tubuh yang kau sajikan untuk lelaki hidung belang, kau bisa
beralasan ini dan itu, Demi Allah, sesungguhnya, kita tak akan mampu menebak
kapan nyawa ini akan diambil oleh Malaikat Maut! Innalillahi waa inna ialaihi
rojiun.
Jadi, terus terang saja mata ini sudah sering kali dibelokkan oleh
syetan, sebab di manapun saya berada baik di luar Negeri ataupun dalam Negeri
begitu banyak wanita muslimah yang tidak menyadari hal ini. Lelaki hidung
belang seenaknya menyajikan pesona yang tak pantas.
Saudariku yang muslimah, yakinlah bahwa syariat mengatur kehidupan
kita, itu semua teruntuk kebaikan dan kemashlahatan dunia dan akhirat, tidak
akan ngaruh kekokohan Allah sebagai Tuhan, jika saudariku berhijab syar’i atau
tidak, hasilnya akan kembali kepada diri pribadi kita masing-masing. Mohon maaf
dengan sebesar-besarnya jika bahasa-bahasa yang digunakan terlalu over sebab
ini semua agar mudah dipahami tak ada niat kecuali saling mengingatkan, wallahu
a’lamu bishowab.
“Habyb Mudzakir 08”…
“jangan biarkan laki-laki menginginkanmu karena keindahan dan
kemolekan tubuhmu, dan hanya ingin sekedar menikmatinya dan akan meninggalkan
mu setelah apa yang ia inginkan sudah terpenuhi. Jagalah dirimu dan biarkanlah keindahan dan
ketulusan hatimu, hanya untuk suamimu seorang,. karena itu akan lebih bijak dan
akan mendapatkan keridhoan disisi Allah SWT.
INGAT :
kehidupan dunia hanya sesaat dan kematian terus menjadi misteri dan
akan datang kapanpun tanpa harus menunggu kesiapan diri mu,., wallahu’alam
bishowab
semoga kita semua dapat dipertemukan dan dikumupulkan dengan
orang-orang sholeh dan sholehah di AKHIRAT nanti ( kehidupan yang kekal )” …,,,
Amiiin
0 comments:
Post a Comment